Menjelang puncak
perayaan, berbagai persiapan mengamankan malam Natal telah dilakukan.
Mabes Polri menggelar Operasi Lilin dengan menerjunkan 101.540 personel
gabungan. Mereka terdiri dari Polri, TNI, instansi terkait dan elemen
masyarakat.
Kepala Badan Pertahanan dan Keamanan Polri, Komisaris Jenderal Imam Sujarwo, menjelaskan personel gabungan disebar ke 14 Polda yang masuk wilayah prioritas satu. Seperti Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Papua, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Kalimantan Tengah.
Sebanyak 1.887 pos pengamanan dan 750 pos pelayanan disiapkan. Selain tempat ibadah, pos-pos tersebut ditempatkan di pusat belanja, tempat wisata, dan jalur transportasi. "Pelaksanaan operasi lilin fokus pada mencegah peningkatan kemacetan, kriminalitas, kecelakaan lalu lintas serta ancaman terorisme," kata Imam Sujarwo.
Petugas penjinak bahan peledak disebar di gereja besar Ibukota Jakarta. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, mengatakan pengamanan gereja besar ditingkatkan guna mengantisipasi adanya ancaman teror dari orang yang tidak bertanggungjawab dan mengganggu jalannya ibadah. Tapi, polisi tidak melibatkan sniper dalam operasi ini.
Dia menyebut saat ini ada 1.680 gereja di Jakarta. Jamaah yang akan masuk ke dalam gereja akan diperiksa secara acak di beberapa pintu masuk oleh personel Jihandak. Menurut dia, gereja kecil akan dijaga petugas polsek dan polres setempat. Rangkaian pengamanan dimulai dari 24 Desember hingga 27 Desember 2012.
Khusus untuk mengamankan perayaan Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, dikerahkan 300 personel untuk mengamankan Misa Natal malam hingga misa pagi. Menurut Koordinator Hubungan Masyarakat Gereja Katedral, Hardi Rusli, pengamanan di gereja itu dibagi dalam tiga bagian. Yang pertama di dalam gereja. Di sana ada 60 petugas.
Kepala Badan Pertahanan dan Keamanan Polri, Komisaris Jenderal Imam Sujarwo, menjelaskan personel gabungan disebar ke 14 Polda yang masuk wilayah prioritas satu. Seperti Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Papua, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Kalimantan Tengah.
Sebanyak 1.887 pos pengamanan dan 750 pos pelayanan disiapkan. Selain tempat ibadah, pos-pos tersebut ditempatkan di pusat belanja, tempat wisata, dan jalur transportasi. "Pelaksanaan operasi lilin fokus pada mencegah peningkatan kemacetan, kriminalitas, kecelakaan lalu lintas serta ancaman terorisme," kata Imam Sujarwo.
Petugas penjinak bahan peledak disebar di gereja besar Ibukota Jakarta. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, mengatakan pengamanan gereja besar ditingkatkan guna mengantisipasi adanya ancaman teror dari orang yang tidak bertanggungjawab dan mengganggu jalannya ibadah. Tapi, polisi tidak melibatkan sniper dalam operasi ini.
Dia menyebut saat ini ada 1.680 gereja di Jakarta. Jamaah yang akan masuk ke dalam gereja akan diperiksa secara acak di beberapa pintu masuk oleh personel Jihandak. Menurut dia, gereja kecil akan dijaga petugas polsek dan polres setempat. Rangkaian pengamanan dimulai dari 24 Desember hingga 27 Desember 2012.
Khusus untuk mengamankan perayaan Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, dikerahkan 300 personel untuk mengamankan Misa Natal malam hingga misa pagi. Menurut Koordinator Hubungan Masyarakat Gereja Katedral, Hardi Rusli, pengamanan di gereja itu dibagi dalam tiga bagian. Yang pertama di dalam gereja. Di sana ada 60 petugas.
Di sekitar tempat duduk,
pengamanan dilakukan oleh 50 orang dari umat di paroki Katedral.
"Terakhir, di luar kami pasrahkan kepada aparat keamanan," kata Hardi
Rusli. Pengamanan luar, kata Hardi, dilakukan oleh 250 aparat keamanan
gabungan Polsek Sawah Besar, Polda Metro Jaya, Polres Jakarta Pusat,
Densus 88, dan TNI.
Pengamanan efektif dilakukan mulai malam ini. Namun, sejak 21 Desember, sudah ada polisi berjaga di gereja. Akan ada screening metal detector yang dilakukan di tiga pintu, yaitu satu di pintu masuk dan dua di pintu keluar. Screening dilakukan terhadap jemaat yang membawa tas punggung dan tas jinjing besar.
Hardi mengaku tidak ada masalah pada Misa Natal tahun lalu. Semuanya aman terkendali. Pada Misa Natal tahun ini, Gereja Katedral menampung sekitar tiga ribu lebih jemaat. Bagian dalam gereja, 700-800 umat. Pihak gereja juga menyediakan tambahan sekitar 2.700 bangku yang tersebar di tiga lokasi, yaitu depan pintu masuk utama, depan ruang pastoral, dan di depan Gua Maria.
Pengamanan efektif dilakukan mulai malam ini. Namun, sejak 21 Desember, sudah ada polisi berjaga di gereja. Akan ada screening metal detector yang dilakukan di tiga pintu, yaitu satu di pintu masuk dan dua di pintu keluar. Screening dilakukan terhadap jemaat yang membawa tas punggung dan tas jinjing besar.
Hardi mengaku tidak ada masalah pada Misa Natal tahun lalu. Semuanya aman terkendali. Pada Misa Natal tahun ini, Gereja Katedral menampung sekitar tiga ribu lebih jemaat. Bagian dalam gereja, 700-800 umat. Pihak gereja juga menyediakan tambahan sekitar 2.700 bangku yang tersebar di tiga lokasi, yaitu depan pintu masuk utama, depan ruang pastoral, dan di depan Gua Maria.
Kontroversi ucapan Natal
Adalah pernyataan Ketua
Majelis Ulama Indonesia bidang Fatwa, Ma'ruf Amin yang menyarankan
kepada umat Islam agar tidak usah memberikan ucapan Natal kepada umat
Nasrani. Larangan ini, menurut Ma'ruf Amin sesuai dengan fatwa MUI tahun
1981 sewaktu MUI dipimpin Buya Hamka. Isi fatwa, haram hukumnya
mengikuti perayaan dan kegiatan Natal.
Tak disebutkan jelas
apakah memberikan ucapan selamat merayakan Natal termasuk yang dilarang
dalam fatwa tersebut. Namun, Ma'ruf Amin menegaskan, karena itu
perdebatan, sebaiknnya tidak usah dilakukan.
Kontan, seruan MUI
tersebut mendapat reaksi beragam. Banyak pihak mempertanyakan fatwa
tersebut. Penolakan keras justru dari umat muslim, yang disampaikan
melalui jejaring sosial hingga forum-forum resmi. Sebagian lagi
mendukung seruan MUI tersebut.
Saat Tanah Air masih
silang pendapat mengenai halal dan haram bagi umat muslim memberikan
ucapan Natal, pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir, Mohamed Habib
mengucapkan selamat Hari Natal kepada umat Kristiani. Ucapan tersebut
disertai harapan agar Natal memberikan membawa kegembiraan dan kedamaian
di muka bumi.
Sejumlah ulama Indonesia
menilai ucapan selamat Natal tidak haram dilakukan umat Islam. Seperti
disampaikan ulama Quraish Shihab, memberikan ucapan selamat Natal sudah
diajarkan dalam Al Quran, seperti tertuang dalam surah Maryam ayat 34.
Menanggapi kontroversi
tersebut, Ketua MUI Amidhan menjelaskan, fatwa larangan mengucapkan
selamat Natal tersebut mengacu pada Ibnu Qayyim dan Ibnu Taimiyah. Pada
pokoknya, kata dia, tidak perlu atau tidak boleh mengucapkan selamat
Natal. "Nah alasan pada umumnya, tasabuh atau menyerupai, misalnya
berpakaian seperti orang Nasrani atau pun ikut memperingati," Amidan
menambahkan.
Meski demikian, dia
melanjutkan, sejumlah ulama Indonesia ada yang berpendapat berbeda
dengan MUI. Mereka yang berbeda pada umumnya adalah ulama kontemporer.
"Mereka berdasarkan fatwa Yusuf Qardhawi. Dia ulama internasional, juga
sering datang ke Indonesia," kata dia.
Amidan menjelaskan,
menurut fatwa Qardhawi, boleh mengucapkan selamat Natal, tapi ada
kondisional. Artinya, ucapan selamat Natal diperbolehkan dengan syarat
tertentu, misalnya saat berada di kalangan yang kebanyakan umat Nasrani
seperti di NTT, karena ada hubungan kekerabatan, atau memiliki hubungan
pertemanan atau sosial. "Jadi, kalau di Indonesia yang menonjol atau
yang menyetujui seperti Quraish Shihab. Yang lain juga banyak
membolehkan saja," tutur Amidan.
Jadi, tambah dia,
terserah Umat Muslim Indonesia menafsirkan. Mau ikut yang mana. "Kalau
mengacu pada fatwa tahun 1981 kan tidak diubah-ubah. Artinya, saya
tafsirkan tidak perlu," kata Amidan. Tak hanya mengucapkan selamat
Natal, MUI mengatakan umat Muslim Indonesia tidak boleh menghadiri acara
ritual Natal.
GKI Yasmin dijaga ketat
Terkait perayaan Natal dan ancaman gangguan intoleransi, Kepolisian Bogor melakukan sterilisasi gereja di wilayah Kota Bogor, terutama di Gereja Katedral. Kapolda Jawa Barat, Brigadir Tubagus Anis Angka Wijaya, menyebut saat ini jumlah gereja di Jawa Barat mencapai 570 gereja, sedangkan di Bogor 65 gereja.
Polisi juga menjaga ketat GKI Yasmin. Sebab hingga kini sengketa Gereja Yasmin belum juga tuntas. "Di sana akan dikerahkan ratusan anggota formal dan non formal," ucap dia.
Di Solo, Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton Solo (GBIS Kepunton) dijaga ketat arapat polisi dan TNI bersenjata lengkap. Pasukan Gegana dari Polri juga melakukan penyisiran di bangunan gereja yang pernah menjadi lokasi serangan bom bunuh diri pada September tahun lalu.
Personel TNI berpatroli keliling gereja mengenakan rompi anti peluru, helm dan senjata laras panjang. Pengamanan di gereja itu dimulai sejak hari Minggu kemarin.
Humas Polresta Surakarta, Ajun Komisaris Sisraniwati, mengungkapkan bahwa Gereja Kepunton merupakan salah satu gereja yang masuk dalam tingkat rawan 1. Di Solo ada 16 gereja yang masuk tingkat rawan 1. Sedangkan jumlah total gereja di Solo ada 142 bangunan. "Klasifikasi kerawanan dibagi dalam tiga tingkat: rawan 1, rawan 2 dan rawan 3," kata Sisraniwati. Petugas melakukan sterilisasi dengan menggunakan metal detector, mirror dan alat penjinak bom.
Tak hanya di Solo, pengamanan ketat juga dilakukan aparat polisi di Bandung, Jawa Barat. Satu Unit Penjinak Bom yang terdiri dari lima personel Satbrimob Polda Jawa Barat serta lima personel dari Polrestabes Bandung, menyisir 14 gereja besar di Kota Bandung, pengamanan dini menjelang natal.
Kepala Sub Bagian Humas Polda Jawa Barat, Komisaris Rosdiana, menjelaskan 14 gereja yang distrerilisasi merupakan gereja besar dengan kapasitas jemaat yang banyak di atas 1.000 jemaat.
"Berkaca kepada kejadian tahun 2000 dimana ada aksi teror bom di beberapa daerah, kami melakukan antisipasi dini agar tidak terjadi," katanya saat melakukan penyisiran di gereja HKBP, Jalan Martadinata.
Tak hanya di jalur darat, tetapi juga di laut. Khusus untuk pengamanan di laut atau perairan Bali, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Denpasar Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya menjelaskan akan lebih menggencarkan patroli, menyiagakan dua kapal perang dan menyiagakan lebih dari 100 personel TNI AL.
Kapal perang yang disiagakan di antaranya KRI Untung Surapati dan KRI Ahmad Yani. TNI AL juga melakukan peningkatan pengamanan di sejumlah titik yang dianggap rawan seperti di Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Padangbai.
Ormas
Polda Metro Jaya mempersilakan ormas ikut mengamankan perayaan Natal. "Selama itikadnya baik kami apresiasi, hanya dalam pelaksanaannya dikendalikan oleh polres atau polsek, tidak dengan caranya sendiri," ucap Rikwanto.
Di Solo, GP Ansor mengerahkan anggota Banser untuk ikut mengamankan perayaan Natal dan Tahun Baru. Anggota Banser patroli di sejumlah gereja yang tersebar di Kota Solo.
Ketua GP Ansor Solo, Muhammad Ansor, menuturkan, antinya masing-masing pengurus anak cabang akan mengirim sebanyak 25 personel.
Anggota Banser ini akan melaksanakan tugas pengamanannya dengan melakukan patroli di masing-masing lingkup daerah kecamatan. Mereka akan berkeliling patroli di sejumlah gereja.
Muhammad Ansor mengatakan hingga saat ini belum ada pihak gereja yang meminta bantuan untuk pengamanan. "Kalau ada permintaan dari pihak gereja, kita siap. Tahun kemarin kami diminta untuk membantu pengamanan di Gereja Kepunton yang pernah terkena teror bom bunuh diri," kata dia.
Meski begitu, pengamanan akan tetap dilakukan hingga pergantian Tahun Baru. "Kita siap membantu pengamanan sampai tahu depan," ujar dia.
Terkait perayaan Natal dan ancaman gangguan intoleransi, Kepolisian Bogor melakukan sterilisasi gereja di wilayah Kota Bogor, terutama di Gereja Katedral. Kapolda Jawa Barat, Brigadir Tubagus Anis Angka Wijaya, menyebut saat ini jumlah gereja di Jawa Barat mencapai 570 gereja, sedangkan di Bogor 65 gereja.
Polisi juga menjaga ketat GKI Yasmin. Sebab hingga kini sengketa Gereja Yasmin belum juga tuntas. "Di sana akan dikerahkan ratusan anggota formal dan non formal," ucap dia.
Di Solo, Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton Solo (GBIS Kepunton) dijaga ketat arapat polisi dan TNI bersenjata lengkap. Pasukan Gegana dari Polri juga melakukan penyisiran di bangunan gereja yang pernah menjadi lokasi serangan bom bunuh diri pada September tahun lalu.
Personel TNI berpatroli keliling gereja mengenakan rompi anti peluru, helm dan senjata laras panjang. Pengamanan di gereja itu dimulai sejak hari Minggu kemarin.
Humas Polresta Surakarta, Ajun Komisaris Sisraniwati, mengungkapkan bahwa Gereja Kepunton merupakan salah satu gereja yang masuk dalam tingkat rawan 1. Di Solo ada 16 gereja yang masuk tingkat rawan 1. Sedangkan jumlah total gereja di Solo ada 142 bangunan. "Klasifikasi kerawanan dibagi dalam tiga tingkat: rawan 1, rawan 2 dan rawan 3," kata Sisraniwati. Petugas melakukan sterilisasi dengan menggunakan metal detector, mirror dan alat penjinak bom.
Tak hanya di Solo, pengamanan ketat juga dilakukan aparat polisi di Bandung, Jawa Barat. Satu Unit Penjinak Bom yang terdiri dari lima personel Satbrimob Polda Jawa Barat serta lima personel dari Polrestabes Bandung, menyisir 14 gereja besar di Kota Bandung, pengamanan dini menjelang natal.
Kepala Sub Bagian Humas Polda Jawa Barat, Komisaris Rosdiana, menjelaskan 14 gereja yang distrerilisasi merupakan gereja besar dengan kapasitas jemaat yang banyak di atas 1.000 jemaat.
"Berkaca kepada kejadian tahun 2000 dimana ada aksi teror bom di beberapa daerah, kami melakukan antisipasi dini agar tidak terjadi," katanya saat melakukan penyisiran di gereja HKBP, Jalan Martadinata.
Tak hanya di jalur darat, tetapi juga di laut. Khusus untuk pengamanan di laut atau perairan Bali, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Denpasar Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya menjelaskan akan lebih menggencarkan patroli, menyiagakan dua kapal perang dan menyiagakan lebih dari 100 personel TNI AL.
Kapal perang yang disiagakan di antaranya KRI Untung Surapati dan KRI Ahmad Yani. TNI AL juga melakukan peningkatan pengamanan di sejumlah titik yang dianggap rawan seperti di Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Padangbai.
Ormas
Polda Metro Jaya mempersilakan ormas ikut mengamankan perayaan Natal. "Selama itikadnya baik kami apresiasi, hanya dalam pelaksanaannya dikendalikan oleh polres atau polsek, tidak dengan caranya sendiri," ucap Rikwanto.
Di Solo, GP Ansor mengerahkan anggota Banser untuk ikut mengamankan perayaan Natal dan Tahun Baru. Anggota Banser patroli di sejumlah gereja yang tersebar di Kota Solo.
Ketua GP Ansor Solo, Muhammad Ansor, menuturkan, antinya masing-masing pengurus anak cabang akan mengirim sebanyak 25 personel.
Anggota Banser ini akan melaksanakan tugas pengamanannya dengan melakukan patroli di masing-masing lingkup daerah kecamatan. Mereka akan berkeliling patroli di sejumlah gereja.
Muhammad Ansor mengatakan hingga saat ini belum ada pihak gereja yang meminta bantuan untuk pengamanan. "Kalau ada permintaan dari pihak gereja, kita siap. Tahun kemarin kami diminta untuk membantu pengamanan di Gereja Kepunton yang pernah terkena teror bom bunuh diri," kata dia.
Meski begitu, pengamanan akan tetap dilakukan hingga pergantian Tahun Baru. "Kita siap membantu pengamanan sampai tahu depan," ujar dia.
Pendeta GPIB : Pengamanan Natal Terlalu Berlebihan
Agar pelaksanan perayaan Natal 2012 di Makassar kondusif, pihak jajaran kepolisian, TNI, Ormas diturunkan untuk melakukan pengamanan setiap Gereja.Masing-masing gereja akan diamankan sekitar 4 sampai lima petugas baik dari kepolisian, TNI dan Ormas.
Menanggapi pengamanan tersebut, Pendeta Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GBIP) Makassar, menilai pengamanan ketat menjelang natal, 25 Desember 2012, sangat berlebihan.
Hal tersebut diutarakan oleh Pdt. Jimmy Iroth, S.th, Ketua Majelis Jamaah di ruang kerjanya, Gereja GPIB Immanuel, Jalan Balaikota, Makassar, Senin (24/12), kemarin.
Jimmi mengatakan, umat kristiani hari ini hanya melakukan ibadah saja, tidak ada hal-hal khusus, pohon-pohon natal dan lampu-lampu hanya hiasan, bukan mau pesta yang glamour.
"Kita ingin memaknai natal sebagai sebagai kedatangan Tuhan" ungkapnya.
Jimmy menyatakan bahwa pengamanan yang diterapkan sangat berlebihan padahal yang mereka laukan hanya Ibadah saja.
"Kami takut jangan sampai timbul persepsi bahwa ada sesuatu yang terjadi besok. Padahal kami cuma mau melaksanakan ibadah," tuturnya.
Dengan pengamanan yang ada, ia menuturkan, umat kristiani seperti punya ancaman dari pihak luar, seperti ada yang mau mengganggu.
"Pengamanannya yang biasa saja, kok berlebihan sekali, hampir semua unsur mau mengamankan, boleh mengamankan, boleh koordinasi saja," Paparnya.
Namun GPIB mengatakan, pihaknya menerima semua bentuk pengamanan yang berlaku. Sebab itu bagian dari kepedulian mereka terhadap umat kristiani, dan ummat kristiani hanya beribadah.
Ia menyampaikan, untuk menjaga agar pelaksanan ibadah yang dilakukan aman, pihaknya telah telah menyerukan kepada Jemaa agar tidak membawa barang yang terlalu mencolok dan barang mengharga.
Lanjutnya Gereja GPIB hari ini merayakan natal dengan tema, Kemepimpinan yang Membangun Masyarakat. Dengan tema tersebut GPIB berharap dapat mewujudkan pemimpin yang berkontribusi terkahap pembangunan masyarakat.
"Selain tema bersama GPIB, dengan tema ini juga kami berharap dapat mewujudkan pemimpin yang merakyat" ungkap Jimmy
Paulus Tommi, Pastur Gereja Katedral Makassar, juga mengatakan, demi menjaga rasa aman dalam pelaksanan Natal bagi umat agama Kristiani baik Protestan dan Katolik, Pastur atau pendeta telah mengimbau kepada Jemaa untuk tidak membawa benda yang mencurigakan seperti benda tajam dan yang lainnya.
"Dua minggu sebelum perayaan kami sudah sampaikan, karena jemaa sebelum masuk gereja terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan.
Mengenai perhiasan kami juga imbau untuk tidak membawa secara berlebihan," katanya.
Paulus mengatakan, keterlibatan pihak Forum Pembela Islam (FPI) dalam dukungan pengamanan menjelang perayaan Natal dan Tahun baru 2013, sangat mengapresiasi karena dinilai pelaksanaan Ibada yang mereka dilakukan bisa berjalan dengan aman.
"Kami sangat bangga sekali dengan keterlibatan FPI, karena kami merasa bahwa kami merasa dilindungi apalagi kita sesama umat berama harus saling melindungi," tuturnya.
Kata Paulus, Kapasitas ruang Gereja Katedral Makassar tidak mencukupi dalam pelaksaan Ibadah para Umat agam Kristiani. Sebab kapasitas ruang gereja Katedral hanya 500 orang.
"Kami menambah ruang jemaa dibagian halaman untuk mengantispasi membludaknya jemaa ini, karena biasanya jamaan mencapai sampai 4000 orang," tuturnya.(*)
Anarkhis!! Malam Natal Pendeta HKBP Bekasi Aniaya Ustadz Abdul Aziz
BEKASI (voa-islam.com) –
Slogan kasih yang selama ini digembar-gemborkan para pendeta Kristen
harus ditinjau ulang, setidak-tidaknya di Kabupaten Bekasi. Pasalnya,
Pendeta HKBP Philadelphia Palti Panjaitan mempertontonkan adegan
anarkhis menganiaya ustadz. Ironinya, tindakan tidak manusiawi itu
dilakukan dalam persiapan kebaktian pada malam Natal di hadapan jemaat,
aparat keamanan dan ratusan warga Muslim.
Insiden memalukan ini terjadi Senin
malam (24/12/2012) di RT o1/RW 04 desa Jejalen Jaya, Tambun Kabupaten
Bekasi, sekitar 200 meter dari lahan kosong milik HKBP Philadelphia.
Sekira jam 7 malam, Pendeta Palti dan
beberapa jemaatnya pulang dari lahan kosong milik HKBP Philadelphia
untuk persiapan kebaktian Natal di pinggir jalan depan lahan kosong yang
sudah disegel tersebut.
Mendengar rencana kebaktian liar di
pinggir jalan, seribuan warga turun ke jalan melakukan protes ke jalan
yang akan dilalui rombongan HKBP. Massa yang berbaur dengan puluhan
aparat keamanan dari Polsek Tambun dan Polres Kabupaten Bekasi.
Sebagai tokoh masyarakat, Ustadz Abdul
Aziz turun ke jalan untuk meredakan massa agar tidak terjadi tindakan
anarkhis. Ustadz Aziz memberikan instruksi kepada kerumunan massa agar
memberikan jalan supaya Pendeta Palti bisa pulang meninggalkan lokasi.
“Saudara-saudara, tolong minggir. Ayo minggir, ayo minggir biarkan pendeta lewat!” ujarnya dengan sabar kepada ratusan warga.

“Bangsat lu!!” teriaknya ketika memukul
sang ustadz. Tindakan premanisme ini dilakukan pendeta dengan sangat
emosi, tak peduli disaksikan langsung oleh Kapolsek Tambun Selatan
Kompol Andri Ananta dan Pak Sigit, anggota Provos Polres Kabupaten Bekasi.
Ustadz Abdul Aziz belum sempat membalas, Kapolsek Tambun Selatan dan warga segera memisahkan keduanya.
Pasca insiden itu, Ustadz Aziz
mempolisikan Pendeta HKBP ke Polres Kabupaten Bekasi, dengan laporan
nomor: LP/1395/K/XII/2012/SPK/Resta Bekasi. Tak sendirian, Ustadz Aziz
didampingi pengacara, beberapa saksi dan pengurus Forum Komunikasi Umat
Islam (FKUI) Warga Jejalen Jaya.


Menanggapi insiden anarkhis Pendeta HKBP
tersebut, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bekasi
mendukung langkah hukum yang ditempuh Ustadz Abdul Aziz.
“Karena Pendeta Palti sudah melanggar
kepatutan dan mengarah kriminal, maka harus ada upaya hukum dari pihak
korban agar permasalahan ini tidak melebar kepada konflik horisontal,”
ujar Sudarno Soemodimedjo kepada voa-islam.com, Selasa (25/12/2012).
Kepada umat Islam Jejalen Jaya,
Sekretaris FKUB Kabupaten Bekasi itu mengimbau agar tidak terprovokasi
oleh anarkhisme Pendeta Palti. “Masyarakat muslim jangan terpancing
dengan permainan murahan Pendeta Palti, terkecuali jika mereka menghina
Islam,” tegasnya. “Kedua belah pihak, baik warga Jejelen maupun HKBP
Philadelphia harus menahan diri agar tidak terjadi konflik horisontal,”
tambahnya.
Sebagaimana diberitakan voa-islam.com
terdahulu, kasus penolakan berdirinya Gereja HKBP Philadelphia ini
dilakukan oleh warga sejak tahun 2009. Warga menolak keberadaan gereja
Batak ini karena proses awalnya dilakukan dengan tipuan tanda tangan
warga. Warga diminta tanda tangan diatas kertas dengan blangko kosong
dan menyerahkan photo copy KTP. Katanya untuk mendapatkan bantuan dana
BLT (bantuan langsung tunai), tapi disalahgunakan sebagai berkas
mengurus perizinan pendirian Gereja.
Merasa dibohongi dan dibodohi oleh oknum
HKBP, 256 warga yang menandatangi blangko tersebut telah melayangkan
surat pernyataan mencabut tanda-tangan blangko yang disalahgunakan
tersebut.